Hidup di Suhu -70°C, Suku Terakhir di Ujung Dunia yang Masih Bertahan

Daerah dingin-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

RadarSelatan.bacakoran.co - Bayangkan hidup di tempat di mana suhu bisa mencapai -70°C, tanpa listrik, tanpa internet, dan satu-satunya perlindunganmu hanyalah tenda dari kulit rusa.

Hamparan es membentang sejauh mata memandang, dan untuk bertahan hidup, harus berpindah tempat setiap musim.

Saat musim dingin datang, kamu harus bergerak ke selatan agar ternakmu tidak mati kedinginan.

Ketika musim panas tiba, kamu kembali ke utara untuk mencari padang rumput tersembunyi di balik salju. 

BACA JUGA:7 Suku Tertua di Indonesia, Ada Yang Keberadaannya Masih Misterius, Ini Daftarnya

Di tempat terpencil ini, rusa kutub menjadi segalanya—sumber makanan, pakaian, dan transportasi.

Mereka adalah suku Nenets, para pengembara terakhir di ujung dunia.

Di utara Rusia, tepatnya di Semenanjung Yamal, suku Nenets telah hidup selama ribuan tahun dalam kondisi ekstrem.

Nama "Yamal" sendiri berarti "ujung dunia", sebuah wilayah terpencil dengan suhu yang bisa mencapai -60°C bahkan lebih dingin lagi saat musim dingin.

BACA JUGA:10 Suku Penghasil Wanita Paling Cantik di Dunia, Salah Satunya Ada Di Indonesia

Mereka tidak memiliki rumah permanen, hanya tenda sederhana yang sedikit mampu menahan gigitannya dinginnya Siberia.

Satu-satunya cara bertahan adalah dengan membakar ranting-ranting kayu dan melakukan migrasi musiman.

Saat musim dingin, mereka bergerak ke selatan untuk mencari suhu yang lebih bersahabat.

Ketika musim panas tiba, mereka kembali ke utara demi padang rumput yang tersembunyi di balik lapisan es.

Namun kini, perubahan iklim menjadi ancaman terbesar bagi mereka. Es yang dulu tebal kini semakin menipis, membuat perjalanan mereka semakin berbahaya. 

BACA JUGA:10 Suku Paling Misterius di Indonesia, Sempat Dianggap Punah, Ternyata Masih Berjaya

Jika es tiba-tiba pecah saat mereka menyeberang, risiko kedinginan hingga kematian tak bisa dihindari.

Karena itulah, mereka hanya melakukan perjalanan di malam hari, ketika suhu lebih rendah dan es lebih stabil.

Rusa Kutub adalah nyawa bagi Suku Nenets, rusa kutub lebih berharga dari emas. Hewan ini bukan hanya sumber makanan dan pakaian, tetapi juga transportasi utama.

Jika kawanan rusa mereka hilang karena bencana alam atau penyakit, suku Nenets juga akan kehilangan segalanya. Sayangnya, pemanasan global telah mengubah ekosistem di Kutub Utara. Setiap tahun, wilayah es mencair lebih cepat, mengancam jalur migrasi mereka.

BACA JUGA:Suku Inuit, Kumpulan Manusia Sakti, Kebal Dingin, Sang Penakluk Tanah Beku di Kutub Utara

Jika suatu hari mereka tidak bisa lagi berpindah tempat, maka mereka akan menghadapi musim dingin tanpa perlindungan—artinya kematian.

Selain itu, rumput tidak bisa tumbuh di musim dingin. Itulah sebabnya mereka harus membawa rusa-rusa mereka ke selatan agar tetap bisa makan.

Namun di musim panas, suhu panas bisa membahayakan rusa. Secara genetik, rusa kutub tidak bisa bertahan di daerah yang terlalu hangat.
Jika mereka tidak menemukan padang rumput di utara, kawanan rusa bisa pergi mencari makanan sendiri, meninggalkan suku Nenets dalam kesulitan.

Suku Nenets hidup dalam kelompok kecil yang terdiri dari 40 hingga 50 orang, dengan kepemilikan sekitar 200 ekor rusa per keluarga.
Seorang kepala keluarga bertanggung jawab atas jalur migrasi dan kesejahteraan.

BACA JUGA:Kegigihan Orang Suku Sherpa, Pendaki Sejati, Penakluk Puncak Everst

Meski secara administratif mereka adalah bagian dari Rusia, suku Nenets bukan bagian dari sejarah bangsa Rusia.

Mereka telah tinggal di Semenanjung Yamal jauh sebelum bangsa Slavia datang.

Saat ini, hanya tersisa sekitar 60.000 hingga 70.000 orang Nenets. Mereka hidup tanpa ponsel, tanpa listrik, dan tanpa teknologi modern.
Mereka tidak perlu membayar sewa atau tagihan, tetapi juga tidak menikmati kenyamanan dunia modern.

Tenda mereka terbuat dari kayu dan kulit rusa, berbentuk kerucut dengan tiang-tiang kayu sebagai penyangga.

Di dalamnya terdapat kompor kayu yang bisa menjaga suhu hingga 25°C. Namun, jika kayu bakar habis, suhu di dalam tenda bisa langsung turun hingga di bawah titik beku.

BACA JUGA:Menyatu Dengan Alam, Inilah Suku Pengembara yang Hidup Bersama Rusa Kutub, Suku Saten Namanya

Bagi tamu yang datang, makanan suku Nenets mungkin terasa ekstrem. Mereka memakan daging mentah langsung setelah disembelih, tanpa dibekukan atau dimasak. Ini dipercaya dapat menjaga keaslian rasa dan nutrisi.

Para pria berburu dan menggembala rusa, sementara para wanita memasak, merawat anak-anak, dan menjahit pakaian dari kulit binatang.

Meskipun hidup di alam liar, suku Nenets masih membutuhkan uang untuk beberapa keperluan.

Mereka membuat kreta luncur tradisional dan menjualnya untuk mendapatkan uang. Suku Nenets adalah pengrajin kereta luncur terbaik di Rusia, dan hasil kerajinan mereka dijual ke berbagai penjuru negeri untuk mendapatkan rubel Rusia.

Uang ini mereka gunakan untuk membeli perlengkapan tambahan yang tidak bisa mereka produksi sendiri.

BACA JUGA:Sejarah Suku Pengembara di Kazakh, Burung Elang Dilatih Menjadi Peburu Sejati yang Tangguh

Anak-anak Nenets tumbuh dalam dunia yang sangat berbeda dari anak-anak kota. Mereka tidak mengenal teknologi modern, tetapi mereka bisa mengendarai kereta luncur sejak kecil dan bermain di atas salju tanpa rasa takut.

Namun, seiring bertambahnya usia, banyak dari mereka mulai mempertanyakan gaya hidup nenek moyang mereka. Apakah mereka akan tetap hidup sebagai pengembara atau meninggalkan semua itu demi kehidupan yang lebih nyaman di kota.

Hidup di kota memang menawarkan kemudahan dan kenyamanan, tetapi itu juga berarti kehilangan warisan budaya mereka selamanya.

BACA JUGA:Kelebihan Suku Bajo, Manusia Penjelajah Laut yang Ahli Menyelam

Secara spiritual, suku Nenets masih teguh memegang kepercayaan leluhur mereka. Mereka menjalankan ritual perdukunan, menguburkan orang mati sesuai tradisi, dan percaya bahwa roh leluhur masih menjaga mereka.

Namun, di tengah keterisolasian ini, mereka tidak memiliki akses ke rumah sakit atau fasilitas medis. Jika ada yang sakit atau terluka, mereka harus bergantung sepenuhnya pada alam. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan