Pulau Cocos di Australia, Sebagian Besar Masyarakatnya Berasal Dari Jawa, Ini Sejarahnya

Penampakan pulau cocos, pulau di australia yang dihuni sebagian besar orang jawa-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co - Pulau Cocos, terletak di tengah Samudra Hindia, merupakan wilayah yang berada di bawah pemerintahan Australia.

Pulau ini dapat dijangkau sekitar 3.000 km ke arah barat laut dari kota Perth. Uniknya, pulau ini dihuni oleh sebagian besar orang Jawa, serta beberapa etnis Melayu dan Kalimantan.

Kepulauan Cocos terdiri dari 27 pulau karang, namun hanya dua pulau yang berpenghuni, yaitu Pulau West Island dan Pulau Home Island.

BACA JUGA:5 Tempat Wisata di Labuan Bajo Paling Populer, Pilihan Tepat Untuk Tempat Wisata Natal dan Tahun Baru

Pulau ini dikenal dengan nama Cocos dan Keling sejak tahun 1622 dan 1703. Nama "Cocos" diambil dari pohon kelapa yang tumbuh subur di pulau tersebut, sementara "Keling" merujuk pada William Keling, seorang kapten kapal VOC yang pertama kali melihat pulau ini pada tahun 1691.

Pulau Cocos terletak sekitar 1.000 km dari Jakarta, dengan luas yang tidak lebih dari 14 km persegi.

Saat ini, Pulau Cocos dihuni oleh sekitar 600 orang, yang tersebar di West Island dan Home Island.

Penduduknya mayoritas berasal dari etnis Melayu, dengan sekitar 500 orang, dan sisanya berasal dari etnis Eropa dan Jawa.

BACA JUGA:10 Hewan Endemik Asli Indonesia, Namanya Aneh dan Populer, Menjadi Daya Tarik Wisatawan Datang ke Indonesia

Penduduk Jawa di Pulau Cocos dikenal dengan sebutan "Jawa Cocos." Sejak tahun 1826, orang Melayu mulai menetap di pulau ini, dibawa oleh pengusaha kolonial untuk bekerja sebagai budak dalam industri kelapa.

Pada tahun 1827, John Ross membawa lebih banyak orang Melayu ke pulau ini untuk tujuan yang sama.

Pada tahun 1978, keluarga Ross menjual Pulau Cocos kepada pemerintah Australia, yang kemudian mengubah banyak aspek kehidupan di pulau ini.

Budaya di Pulau Cocos sangat dipengaruhi oleh budaya Melayu dan Malaysia. Penduduk di pulau ini menggunakan bahasa lokal yang disebut "Basu Pulu Cocos."

BACA JUGA:Sulawesi Surganya Hewan Endimik dan Langka, Mulai Dari Hewan Berjuluk Hantu Malam, Hingga Babi Rusa dan Anoa

Selain itu, terdapat dua agama utama yang dianut di pulau ini, yaitu Islam Sunni yang dipeluk oleh orang Melayu dan Kristen yang dianut oleh sebagian besar penduduk berdarah Eropa.

Masyarakat di Pulau Cocos menjalani kehidupan yang tenang, jauh dari hiruk-pikuk kota. Anak-anak di pulau ini dapat bersekolah hingga kelas 10, dengan sekitar 90 siswa yang terdaftar di sekolah yang ada di dua pulau utama.

Pulau ini juga sudah memiliki jaringan internet dan telepon genggam, meski penduduknya tidak terlalu terpengaruh oleh tren belanja online.

Pesawat yang membawa barang dan makanan segar biasanya tiba setiap hari Jumat, dan jika ada keadaan darurat, pihak kepolisian Federal Australia akan membawa bantuan melalui jalur perairan.

BACA JUGA:7 Lembah Menakjubkan di DUnia, Keindahannya Bak Lukisan Hidup, Ini Nama dan Lokasinya

Energi di pulau ini berasal dari mesin diesel, meski beberapa bangunan sudah dilengkapi dengan panel surya.

Meskipun hidup di pulau ini terasa damai dan tenang, biaya hidup di sini tidak bisa dianggap murah.

Sebagai contoh, harga segelas kopi di Pulau Cocos bisa mencapai Rp65.000, yang lebih mahal dibandingkan dengan harga di Indonesia.

Pulau Cocos terkenal dengan pantai berpasir putih dan air laut yang jernih. Beberapa pantai terkenal di pulau ini, seperti Pantai Direction, Pantai Kus, dan Pantai Trannies, menjadi tempat ideal untuk berjemur dan berenang.

BACA JUGA:5 Pulau Tak Berpenghuni di Indonesia, Pemandangan Alamnya Luar Biasa Indah, Ini Daftarnya

Selain itu, Pulau Cocos menawarkan berbagai aktivitas air, seperti selam, snorkeling, dan berlayar.

Dengan keindahan alam yang mempesona dan kehidupan laut yang kaya, Pulau Cocos adalah destinasi wisata eksotis yang menawarkan pengalaman menyegarkan di tengah Samudra Hindia. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan