radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Jurnalis berperan penting dalam mencegah kekacauan informasi. Saat ini Kekacauan informasi telah melanda ekosistem internet dalam beberapa tahun terakhir.
Sulit bagi jurnalis untuk mempelajari, memahami, dan memerangi misinformasi, disinformasi, dan malinformasi. Untuk itu dibutuhkan bagi jurnalis melawan informasi yang menyesatkan.
BACA JUGA:Pasca Gempa, Pertamina Pastikan Distribusi Energi Aman
Ketua AJI Bengkulu Yunike Karolina mengatakan, untuk menghalau kekacauan informasi, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bengkulu menggelar Intermediate Fact Checking Training, didukung AJI Indonesia berkolaborasi dengan Google News Initiative (GNI) menjadi langkah strategis untuk meningkatkan kapasitas jurnalis dalam menghadapi dinamika informasi digital yang berkembang pesat.
Pelatihan ini diharapkan dapat membentuk garda terdepan yang tangguh dalam melawan mis-disinformasi, menjaga kualitas berita, dan memperkuat hubungan antara media lokal dengan masyarakatnya.
BACA JUGA:Idul Fitri, Dinkes Provinsi Bengkulu Siagakan 424 Tenaga Kesehatan
"Di mana Intermediate Fact Checking Training, merupakan salah satu teknik verifikasi mendalam yang dapat dipakai sebagai tindakan memerangi menyebarnya informasi tidak benar," kata Yunike, Minggu (24/3).
Tujuan pelatihan ini, lanjut Yunike, tentu untuk menyediakan sarana bagi kalangan jurnalis dalam memahami materi cek fakta lebih mendalam guna memerangi mis-disinformasi.
Jurnalis memegang peran sentral sebagai penjaga kebenaran, penyampai informasi yang akurat dan penjembatan antara masyarakat dengan realitas sekitarnya. "Mereka juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama dalam konteks penyebaran mis-disinformasi," katanya.
jurnalis harus mengevaluasi konten berdasarkan tiga dimensi. Yakni kredibilitas, kepercayaan seseorang terhadap konten, dan niat seseorang untuk menimbulkan kerugian dengan membagikan konten tersebut.
BACA JUGA:Pemerintah Desa Tanjung Aur Salurkan BLT DD
BACA JUGA:Demi Keamanan Instansi dan Masyarakat Diminta Pasang CCTV
Meskipun konsep misinformasi, disinformasi, dan misinformasi sering digunakan secara bergantian, ketiganya merupakan komponen gangguan informasi yang berbeda. Jika tidak mengkategorikannya dengan benar maka tidak akan dapat mempelajarinya.
"Secara khusus keyakinan seseorang terhadap pesan palsu dapat mengubah cara informasi tersebut yang menyebar dan mempengaruhi dunia di luar Internet," kata Yunike.
BACA JUGA:Stok Darah di RSUD Kaur Kosong, Pasien Kesulitan