Petani Kelapa Sawit Kembali Mengeluh

Rabu 27 Dec 2023 - 19:43 WIB
Reporter : Rezan Okto Wesa
Editor : Suswadi

KOTA MANNA - para petani kelapa sawit di Bengkulu Selatan kembali mengeluhkan hasil panen Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang sangat sedikit. Hal itu lantaran kelapa sawit tidak memiliki buah yang banyak atau biasa dikenal para petani dengan istilah “ngetrek”.

BACA JUGA:Sudah Punya 3 Anak, Pria Beristri Gagahi Siswi SMK

Mirisnya, di saat tanaman sawit ngetrek, harga jual TBS di tingkat petani tak kunjung membaik. Rabu (27/12) harga TBS di lahan hanya Rp1900 per kilogram. Sementara petani yang mengantar langsung hasil panen ke pengepul, harganya mentok di Rp1950 per kilogram.

BACA JUGA:Kades Kembali Diingatkan Netralitas, Hamdan: Boleh Dukung, Tapi Dalam Hati

Halimin (49) petani sawit Kecamatan Pino Raya menceritakan, pasca musim panas selama empat bulan pada Agustus-November lalu, hasil panen sawit per hektar tidak lebih dari 500 kilogram. Bahkan pernah satu hektar tanaman sawit berusia dewasa hanya menghasilkan 300 kilogram TBS.

BACA JUGA:Gelar Acara Malam Tahun Baru, Polisi Minta Patuhi Aturan Ini

“Dibandingkan beberapa musim sebelumnya, saya rasa akhir tahun ini yang paling parah ngetreknya. Hasil panen sawit saat ini sangat tidak normal, dan kami (petani) cenderung merugi,” ujarnya.

BACA JUGA:Ratusan Guru di Bengkulu Minta Penambahan Formasi PPPK

Lanjut Halimin, bukannya tidak dikelola. Para petani sawit umumnya terus memperhatikan kondisi kebun, baik itu kebersihan lahan dari rumput liar, pemupukan hingga proning pelepah tua. “Yang jadi faktor saat ini adalah kadar air, ketika musim panas sawit kesulitan menyerap air tanah. Akibatnya pembentukan buah tidak maksimal, bahkan tanaman sawit cenderung menguning,” katanya.

BACA JUGA:Akhir Tahun Konsumsi BBM Pertalite Meningkat

Atas kondisi tersebut, Halimin mengaku petani tidak dapat berbuat banyak. Jika ingin dipaksa dengan penyiraman manual, petani kewalahan di peralatan dan sumber air. Belum lagi untuk kebutuha operasional mesin pompa.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Telah Bangun 10 Stadion Mini

“Prediksi kami, untuk mengembalikan tanaman sawit ini ke posisi normal. Paling tidak butuh curah hujan yang tinggi, setelah itu harus dipupuk maksimal. Kalau musim panas kembali berlanjut, maka kerusakan tanaman sawit semakin nyata,” bebernya.

Sementara itu, Iksan (49) Pemilik Ram Sawit Pino Raya membenarkan jika harga beli TBS tidak stabil akhir-akhir ini. Ini karena pabrik pengelolaan TBS mematok harga yang tidak sama. Bahkan, per harinya harga TBS cenderung berubah dengan alasan yang kurang masuk akal.

“Kebanyakan pabrik minta TBS yang bersih, matang dan besar. Dengan kondisi trek saat ini, jangankan mau berbuah besar, jadi biji saja sudah untung. Maka itu, kami hanya mengikuti alur pasar saja. Kalau di pabrik belinya mahal, maka kami beli TBS petani juga mahal,” ujarnya.

Tags :
Kategori :

Terkait