Istana Kuning, Bukti Kejayaan Kerajaan Islam Di Kalimantan, Berikut Ulasannya

Kamis 07 Nov 2024 - 08:12 WIB
Reporter : sahri senadi
Editor : sahri senadi

radarselatan.bacakoran.co - Istana Kuning merupakan salah satu peninggalan penting yang menandai perkembangan budaya dan kerajaan Islam di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Istana Kuning berada di Kota Pangkalan Bun. Istana ini merupakan peninggalan masa kepemimpinan pangeran ke-9 Kerajaan Kutaringin, yaitu Sultan Imanudin yang menjabat pada tahun 1811-1841.

Istana Kuning merupakan istana kedua yang dibangun di wilayah Kotawaringin Lama setelah Istana Al Nursari.

BACA JUGA:Sejarah Kerajaan Salakanagara, Kerajaan Terua Yang Masih Menjadi Perdebatan

Bentuk bangunannya berupa rumah panggung yang megah terbuat dari kayu ulin. Gaya arsitektur Istana Kuning merupakan percampuran berbagai kebudayaan seperti Melayu, China, dan Dayak.

Masuknya unsur China dalam pembangunan istana tersebut dikarenakan salah satu istri dari Sultan Imanudin berasal dari China.

Walaupun dinamakan “Istana Kuning”, namun dari sisi arsitektur bangunan itu tidak didominasi warna kuning. Hanya gerbang bagian depannya yang berwarna mencolok, sementara bagian lain tidak ada satupun yang berwarna mencolok.

BACA JUGA:Misteri dan Fakta Unik Candi Jawi, Situs Peninggalan Kerajaan Singasari di Pasuruan Jawa Timur

Istana Kuning merupakan salah satu peninggalan penting yang menandai perkembangan budaya dan kerajaan Islam di Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.

Meski terlihat sederhana, aura eksotis begitu memancar dari istana tersebut, apalagi bangunan itu merupakan salah satu peninggalan penting yang menandai perkembangan budaya dan kerajaan Islam di Kalimantan Tengah.

Hampir sebagian besar bangunan istana itu terbuat dari kayu ulin. Kayu jenis ini sering kali digunakan sebagai bahan utama untuk membuat bangunan tradisional khas Kalimantan Tengah karena kekuatannya yang luar biasa.

BACA JUGA:Candi Tanjung Medan, Candi Budha Bukti Kejayaan Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Barat

Kompleks istana itu dulu pernah terbakar pada tahun 1986. Pemerintah setempat baru melakukan pemugaran pada tahun 2000 dan sejak saat itu istana tersebut mulai digunakan sebagai destinasi wisata.

Di bagian halaman istana terdapat empat buah meriam yang tampak gagah. Tidak ada keterangan khusus yang bisa ditemukan mengenai penggunaan meriam tersebut.

Di kompleks istana itu, ada sebuah bangsal beraksitektur rumah bentang khas Dayak. Di sebelahnya terdapat Balai Rumbang dengan ornament dan beberapa sentuhan arsitektur khas China.

BACA JUGA:Candi Jago, Peninggalan Kerajaan Singosari, Dibangun Untuk Menghormati Raja

Lalu ada bangunan Keraton Dalam Kuning dan Balai Pahaderan yang bergaya Melayu. Balai Pahaderan menyerupai aula, sedangkan Keraton Dalam Kuning sempat menjadi tempat tinggal raja.

Bagian istana yang tak kalah menarik adalah ukiran pada tiang istana bermotif daun, bunga Teratai, dan pakis di guci atau belanga. Masing-masing motif memiliki makna tersendiri, seperti guci yang menjadi simbol hati. (**)

Kategori :