radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) E. Aminudin Aziz, menyebut bahasa daerah terancam mengalami kepunahan. Ancaman itu semakin nyata sehingga harus dilakukan revitalisasi bahasa daerah.
Menurut UNESCO, satu bahasa punah setiap dua pekan. Indonesia dengan 718 bahasa daerah dari Aceh hingga Papua, berada dalam ancaman yang sangat besar.
BACA JUGA: Informasinya Seleksi CPPPK Masih Dimulai September Ini Kenyataannya?
"Selama sepuluh tahun terakhir, bahasa Sunda kehilangan dua juta penuturnya. Jumlah yang setara dengan populasi Provinsi Bengkulu," beber Aminudin.
Untuk menekan laju kepunahan ini, Badan Bahasa menerapkan pendekatan baru dengan fokus pada revitalisasi, bukan sekadar pendokumentasian.
Program revitalisasi ini lebih menekankan tunas bahasa ibu dengan memberikan kebebasan kepada siswa dalam memilih bahan ajar yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
BACA JUGA:Statistik Sektoral Bengkulu Terbaik se-Sumatera
"Siswa yang suka mendongeng bisa memilih materi mendongeng, begitu pula dengan yang suka menulis puisi, komedi tunggal, atau tembang tradisional," sambung Aminuddin.
Untuk mengatasi kepunahan bahasa daerah itu, Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu tahun ini menyelenggarakan program revitalisasi bahasa daerah.
BACA JUGA:Hujan Tak Menentu, Petani Dambakan Mesin Pompa Air
Tujuh bahasa dan dialek yang direvitalisasi antara lain bahasa Enggano, bahasa Rejang, serta lima dialek bahasa Bengkulu, yaitu Serawai, Pasemah, Lembak, Pekal, dan Nasal. (cia)