Pesona Desa Liya Togo, Peninggalan Kerajaan Buton di Wakatobi, Pemandangannya Memanjakan Mata

DESA: Pesona wisata desa lio tago-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

radarselatan.bacakoran.co – Di Tenggara Pulau Sulawesi terdapat gugusan pulau yang sangat terkenal dengan pesona baharinya yakni Wakatobi.

Tidak hanya keindahan bawah laut dan pesisirnya yang menakjubkan, tetapi juga tradisi dan budaya masyarakatnya yang masih lestari, menjadikan Wakatobi sebuah surga biru yang lengkap.

Wakatobi terletak di segitiga karang dunia, di wilayah Taman Nasional Wakatobi.

BACA JUGA:Benteng Terluas di Dunia, Ternyata Ada di Indonesia, Peninggalan Kerajaan Buton

Area ini menjadi rumah bagi ratusan spesies terumbu karang dan ikan warna-warni, serta dikenal sebagai kawasan terumbu karang penghalang (barrier reef) terbesar di Indonesia dan kedua terbesar di dunia setelah Great Barrier Reef di Australia.

Wakatobi adalah destinasi wajib bagi pecinta wisata bahari. Namun, pesona Wakatobi tidak hanya terletak pada lautnya saja, tetapi juga pada budaya dan jejak sejarah Kesultanan Buton yang ada di sini.

BACA JUGA:10 Tempat Wisata Populer di Sumba, Berbeda dengan Tempat Wisata Lain, Dijamin Bikin Terpesona

Semua kekayaan ini hanya bisa ditemukan di Indonesia.

Untuk menuju Wakatobi, saya memilih penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta ke Bandara Haluoleo di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Dari Kendari, saya melanjutkan perjalanan sekitar 50 menit menuju Bandara Matahora di Pulau Wangi-Wangi.

Nama Wakatobi sendiri merupakan akronim dari nama pulau-pulau di sekitarnya yakni Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko. Karena keindahan alam bawah lautnya, Wakatobi juga dikenal sebagai "Caribbean of Celebes".

Dengan luas sekitar 1,39 juta hektar, Taman Nasional Wakatobi resmi ditetapkan pada Agustus 2012.

BACA JUGA:Monemvasia, Desa Tersembunyi di Atas Batu, Pemandangannya Indah, Cocok Untuk Tempat Wisata

Wangi-Wangi adalah ibukota Kabupaten Wakatobi dan gerbang utama menuju Taman Nasional Wakatobi.

Di Wangi-Wangi, terdapat banyak titik penyelaman dan snorkeling. Pantai Sombo adalah salah satu spot favorit karena mudah diakses oleh wisatawan.

Untuk melihat keindahan terumbu karang, pengunjung bisa berjalan ke ujung dermaga yang mengarah ke laut.

Kali ini, saya mencoba snorkeling untuk menikmati panorama bawah laut di Sombo.

Para penyelam pemula bisa menjelajah di sisi kiri dan kanan dermaga yang relatif dangkal, sedangkan bagi yang ingin menjelajah lebih dalam, bisa menuju ke ujung dermaga untuk melihat lebih banyak keanekaragaman terumbu karang yang warna-warni.

BACA JUGA:Bukit Jupi Di Bengkulu Menjadi Destinasi Wisata Baru

Tujuan saya berikutnya di Wakatobi adalah Desa Mola Raya, perkampungan suku Bajo atau orang laut. Rumah-rumah di sini tertata rapi memanjang di tepi pantai, dibangun di atas timbunan karang dan terhubung dengan jembatan kayu.

Jembatan ini menghubungkan mereka ke daratan. Suku Bajo dulunya adalah pengembara samudra yang tinggal di rumah perahu beratap nipa bernama Soppeng.

Mereka memanfaatkan kekayaan laut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Untuk menjelajahi perkampungan bisa menggunakan perahu tradisional atau lepak yang biasa digunakan oleh orang Bajo untuk memancing.

BACA JUGA:Danau Kuranding di Bengkulu, Potensi Wisata yang Terabaikan, Selain Indah Juga Menyimpan Cerita Menarik

Suku Bajo memiliki ikatan kuat dengan laut, dan bagi anak-anak, laut adalah tempat bermain sepanjang hari.

Para perempuan suku Bajo menggunakan bedak wajah tradisional dari campuran beras untuk menjaga kesehatan kulit mereka.

Setelah berkeliling, saya mencoba bedak kubur, yang dibuat dari beras yang dijemur dan diolah menjadi bola-bola kecil.
Bedak ini memberikan sensasi dingin dengan aroma beras yang kuat, dan merupakan bagian dari tradisi perawatan kulit.

BACA JUGA:Bukan Hanya Bali, Lampung Juga Memiliki Tempat Wisata Menarik, Ini 7 Tempat Wisata Paling Populer Di Lampung

Berkunjung ke kampong Bajo memberikan pengalaman istimewa. Keramahan warganya dan keahlian mereka sebagai penjaga laut merupakan bagian dari kekayaan budaya bahari Indonesia yang hanya bisa ditemukan di sini.

Taman Nasional Wakatobi memiliki lebih dari 750 spesies koral dari total 850 jenis yang ada di dunia, menjadikannya rumah bagi 90% jenis koral di dunia.

Masyarakat Wakatobi juga berkomitmen untuk menjaga pesisir pantai dan perairan lautnya. Forum Pesisir Wakatobi melakukan monitoring dan pendataan hiu di perairan serta kegiatan konservasi seperti bersih-bersih pantai dari plastik.

BACA JUGA:Spot Wisata Alam Unik di Bengkulu Selatan, Hujan Abadi dan Aula Pelaminan di Goa Suruman

Kekayaan bahari Wakatobi menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan pecinta selam.

Salah satu spot diving favorit adalah di Mbuligaa, yang terletak di Desa Sombo.

Lokasi ini memiliki topografi landai, arus tenang, dan visibilitas bagus, sangat cocok untuk penyelam pemula.

Di sini, kita bisa melihat berbagai biota laut, termasuk hiu sirip hitam jika beruntung.

Selain wisata bahari dan budaya, Desa Liya Togo di Wakatobi juga menawarkan kekayaan sejarah.

Desa wisata ini berhasil masuk dalam 50 besar desa wisata terbaik Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021.

Desa ini terletak di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan, dan di sini kita bisa belajar tentang sejarah, tradisi, dan adat masyarakat setempat.

BACA JUGA:Wisata Tebat Besak Bandar Agung Semakin Menarik, Ada Perahu Hingga Sepeda Bebek Air

Saat memasuki kawasan bersejarah Desa Liya Togo, pengunjung diwajibkan mengenakan sarung khas setempat.

Kedatangan pengunjung biasanya disambut dengan tarian Lariangi yang dipentaskan untuk menyambut tamu agung, diiringi musik gendang Bonang dan Gom.

Tarian ini menonjolkan kesopanan dengan gerakan yang lembut dan pelan.

Benteng Keraton Liya, yang dibangun sejak abad ke-12, membentang sepanjang 30 hektar dengan empat lapis dan 12 pintu gerbang.

Di dalam benteng terdapat Masjid Mubarok, yang dikenal juga sebagai Masjid Keraton Liya, serta Baruga, bangunan kayu tempat masyarakat bermusyawarah.

Bagi wisatawan, terdapat 9 homestay yang nyaman dengan nuansa arsitektur rumah panggung adat Buton, dan semua homestay menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

BACA JUGA:Tempat Wisata di Indonesia Sempat Populer, Kini Ditinggalkan, Ternyata Ini Penyebabnya

Desa Liya Togo menjadi desa wisata yang patut dikunjungi di Wakatobi, menawarkan pengalaman wisata lengkap dari alam, budaya, hingga sejarah.

Jika ingin hiburan istimewa, jangan ragu untuk menjelajahi desa wisata di Indonesia.

Desa Liya Togo adalah desa terluas di Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.

Sebagian besar penduduk tinggal di kawasan Benteng Liya, yang terletak sekitar satu kilometer dari pantai.

Pengembangan desa wisata ini melibatkan partisipasi masyarakat lokal, tokoh adat, dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Sebagai desa wisata, Liya Togo mengalami perubahan positif yang signifikan.

Masyarakat semakin banyak dikunjungi dan homestay yang ada juga semakin ramai.

Kunjungan dari Menteri Sandiaga Uno pada 25 November 2021 menandai pencapaian desa ini dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia, dengan penandatanganan prasasti dan penyerahan bantuan.

Selain budaya dan sejarah, Desa Liya Togo juga terkenal dengan pembudidayaan rumput laut yang menjadi komoditas andalan masyarakat.

BACA JUGA:6 Fakta Unik Pulau Bawean, Terletak Di Laut Jawa, Kebiasaan Warganya Mirip Dengan Orang Padang

Spot pembibitan rumput laut terlihat di sepanjang pesisir pantai, dengan panen dilakukan lima kali setahun.

Di Wakatobi, kita juga bisa menikmati kuliner khas seperti Suami-Suami, makanan dari singkong yang diolah menjadi berbagai masakan, dan Salahmu, daging ikan pari suwir dengan bumbu belimbing wuluh dan kelapa goreng.

Selain itu, kerajinan tangan seperti kain tenun Wakatobi juga menjadi cinderamata yang menarik.

Jadi, kunjungan ke Wakatobi dan Desa Liya Togo menawarkan pengalaman wisata yang lengkap dan mempesona. Kekayaan alam bawah laut, budaya, dan sejarah Wakatobi benar-benar menjadi magnet dunia yang hanya ada di Indonesia. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan