Suku Bedey Di Bangladesh, Hidup Ratusan Tahun Di Atas Perahu, Dan Selalu Berpindah Pindah
SUKU BEDEY: Penampakan rumah perahu milik masyarakat suku bedy di bangladesh-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Dijaman yang serba moderen saat ini ternyata masih ada orang yang hidup nomaden menggunakan perahu sebagai rumah dan alat transportasi.
Kehidupan ini dijalani oleh masyarakat Suku Bedey di Bangladesh. Suku Bedey menjadikan perahu sebagai tempat tinggal, segala aktiviutas dilakukan di atas perahu itu. Mereka hidup berpindah pindah mengikuti alur sungai.
BACA JUGA:6 Fakta Unik Pulau Bawean, Terletak Di Laut Jawa, Kebiasaan Warganya Mirip Dengan Orang Padang
Masyarakat suku Bedey, yang juga dikenal sebagai komunitas Gipsy Sungai di Bangladesh, secara tradisional tinggal di perahu dan tidak memiliki rumah di darat.
Mereka bepergian dalam kelompok, biasanya menetap selama satu atau dua bulan di satu lokasi sebelum berpindah tempat.
Hidup di atas perahu adalah pilihan yang telah diwariskan oleh nenek moyang mereka. Meskipun daratan dekat dan mudah dijangkau, mereka lebih memilih perahu sebagai rumah.
BACA JUGA:Pulau Enggano Surga Terpencil di Bengkulu, Di Diami 5 Suku, Berikut Sejarah dan Perkembangannya
Perahu kayu kecil yang mereka gunakan dilengkapi dengan penutup sederhana seperti pondok, yang melindungi mereka dari panas matahari dan hujan.
Di atas perahu ini, mereka melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak, makan, tidur, dan bersantai.
Air sungai menjadi sumber utama untuk berbagai kebutuhan dasar, mulai dari mandi hingga memasak.
Termasuk membuang sampah dan kotoran juga di sungai.
BACA JUGA:Gerbang Neraka Di Bumi, Suhu Mencapai 50 Derajat Celcius, Ini Suku Penghuninya
Sebagian besar anak-anak suku Bedey tidak bersekolah karena mereka terus berpindah tempat.
Akibatnya, banyak orang dewasa dari suku ini kesulitan mencari pekerjaan selain pekerjaan tradisional yang diwariskan.
Meskipun mereka merupakan etnis minoritas, mereka tidak diakui secara resmi dan sering dianggap sebagai gelandangan, yang mengakibatkan mereka hidup dalam kemiskinan ekstrem, dengan sekitar 98% anggota masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan.
BACA JUGA:7 Danau Unik Di Indonesia, Ada Yang Tidak Masuk Akal, Ini Nama dan Loaksi Danaunya
Meski tidak memiliki akses ke pendidikan formal, mereka masih mempraktikkan bahasa dan adat istiadat mereka.
Banyak dari masyarakat Bedey yang bekerja sebagai pawang ular. Mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus menangkap ular, menjual ular dan mengobati gigitan ular.
Mereka juga dikenal sebagai penyedia jasa hiburan dengan kemampuan magis dalam menangani ular, sehingga sering disewa untuk mengatasi masalah ular di pemukiman.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern menjadi ancaman bagi adat istiadat suku Bedey.
BACA JUGA:Daftar 9 Kuliner Unik di Indonesia yang Melegenda, Namnya Aneh, Soal Rasa Jangan Ditanya
Ramuan dan jimat tradisional mereka tidak lagi menarik perhatian orang, dan keahlian mereka dalam hiburan juga mulai memudar.
Dengan perubahan gaya hidup masyarakat dan kondisi yang semakin sulit, keberadaan suku Bedey semakin terancam.
Seorang pengamat suku Gipsy Sungai di Bangladesh meminta pemerintah untuk melindungi komunitas ini.
BACA JUGA:Fakta Unik Gunung Pesagi Lampung Barat, Ada Sumber Air Pembawa Berkah, Hingga Bangunan Musolah Dipuncaknya
Dukungan pemerintah diharapkan dapat membantu mereka mempertahankan budaya mereka, memastikan keamanan, menyediakan pendidikan untuk anak-anak, dan memfasilitasi perdagangan mereka.
Suku Bedey sangat menghargai keahlian dan gaya hidup mereka yang telah ada selama berabad-abad, dan mereka percaya bahwa mereka dilahirkan untuk menjadi pengembara sungai. (**)