Suhu Permukaan Bumi Meningkat Cepat, Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrem, Perlu lakukan Hal Ini

Suhu Permukaan Bumi Meningkat Cepat, Antisipasi Perubahan Iklim Ekstrem-istimewa-bmkg.go.id

radarselatan.bacakoran.co, LAPORAN Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menunjukkan suhu permukaan global telah meningkat dengan cepat. Untuk itu kita harus mengantisipasi perubahan iklim ekstrem yang akan terjadi. Jadi kita perlu melakukan beberapa hal ini!
WMO merilis data perubahan iklim dengan rata-rata tahunan mencapai 1,45 derajat Celcius pada tahun 2023 dibandingkan dengan baseline setelah era Revolusi Industri.

BACA JUGA:Pastikan Berjalan Baik, Komisi IV DPRD Provinsi Bengkulu Pantau PPDB

Padahal di tahun 2020 lalu, menurut laporan WMO tentang keadaan iklim global, kenaikan rata-rata suhu global adalah 1,2 derajat celcius.
Hal ini berarti hanya dalam beberapa tahun, ada peningkatan suhu permukaan yang signifikan.

BACA JUGA:Mau Berobat Tapi Belum Punya BPJS, Segera Lapor Dinsos Bengkulu Selatan!

Menyikapi hal tersebut, dalam siaran pers bmkg.go.id, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menekankan pentingnya pengamatan sistem kebumian yang sistematis menghadapi perubahan iklim.
Menurutnya, suhu permukaan bumi meningkat sangat cepat setiap tahunnya yang berdampak buruk pada kehidupan manusia dan seluruh makhluk hidup di Bumi.

BACA JUGA:26 Juni, Kloter Pertama Jemaah Haji Tiba Kembali di Bengkulu

"Tahun 2023 tercatat sebagai tahun terpanas, dan informasi inihanya dapat diperoleh melalui pengamatan sistematis untuk fenomena kebumian. Tanpa pengamatan kebumian yang sistematis, informasi yang diberikan bisa menyesatkan atau salah. Pengamatan kebumian yang sistematis ini diperlukan baik di tingkat nasional, regional, maupun global," ungkap Dwikorita melalui sambungan online dalam Ocean and Climate Change Dialogue 2024 yang diselenggarakan oleh United Nation Framework Convention on Climate Change di Bonn, Jerman, Selasa (13/6/2024).

BACA JUGA:Isnan Fajri Diusulkan Jadi Dewan Komisaris Bank Bengkulu

Dwikorita mengatakan, pengataman sistematis sangat dibutuhkan untuk berbagai keperluan. Diantaranya, untuk memberikan data dukung dalam aksi adaptasi iklim, aksi mitigasi iklim, atau keputusan atau kebijakan apa pun terkait mitigasi dan adaptasi iklim.
Pengamatan sistematis tersebut, lanjut dia, harus juga diikuti oleh tindakan yang sistematis di segala lini agar dampak panas ekstrem tersebut dan dampak perubahan iklim lainnya dapat ditangani secara efektif.

BACA JUGA:Mulai Panas, Gustianto Nyatakan Siap Dampingi Teddy Rahman di Pilkada Seluma

Dicontohkan Dwikorita, informasi mengenai fenomena El Nino yang menyebabkan kenaikan panas laut yang meluas di Pasifik tropis bagian timur merupakan hasil pengamatan kebumian sistematis yang didukung juga oleh pemantauan satelit.
Selain itu, prediksi Food and Agriculture Organization (FAO) mengenai ancaman krisis pangan pada tahun 2050 mendatang juga merupakan hasil dari pengamatan kebumian yang sistematis secara global, nasional, dan lokal.

BACA JUGA:Sekda: Opini WTP Harus Jadi Pembenahaan Tata Kelola Keuangan Daerah

Singkatnya, tambah dia, pengamatan sistematis tersebut, memungkinkan seluruh negara di dunia untuk melakukan analisis dan prediksi lebih lanjut.
"Analisis masa lalu merupakan cara untuk memvalidasi dampak dari peningkatan suhu yang berlangsung dan kondisi Bumi kekinian. Selanjutnya, pada analisisi lebih lanjut yang didasarkan pada data pengamatan sistematis dapat diketahui bahwa ternyata perubahan iklim memberi tekanan pada sumber daya air yang sudah langka, menghasilkan hotspot air. Nah, hal ini dapat ditangkap dan dianalisis lagi berdasarkan pengamatan sistematis," paparnya.

BACA JUGA:Motor NMax Beradu Dengan Vario, Warga Tanjung Besar Tutup Usia

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan