Waspada, BAB Cair Belum Tentu Diare Biasa

BAB cair tidak selalu menjadi tanda diare biasa, lho. Ada masalah pencernaan lainnya yang juga ditandai dengan BAB cair-istimewa-halodoc

RadarSelatan.bacakoran.co - Diare adalah masalah yang umum dialami oleh masyarakat Indonesia. Diare ditandai dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat, serta feses yang cair.
Meski begitu, ternyata BAB cair tidak selalu menjadi tanda diare biasa, lho. Ada masalah pencernaan lainnya yang juga ditandai dengan BAB cair.
Namun, karena diare adalah masalah pencernaan yang cukup sering dialami oleh orang Indonesia, akibatnya BAB cair pun sering diidentikkan dengan diare.

BACA JUGA:Cara Mengatasi dan Penyebab Munculnya Jerawat di Dagu

BACA JUGA:Selain Minum Air Hangat, Ini Cara Atasi Flu dengan Tepat

Selain sebagai tanda diare, BAB cair juga merupakan gejala atau akibat dari kondisi berikut.
1. Intoleransi Laktosa
Intoleransi laktosa adalah masalah pencernaan yang disebabkan karena ketidakmampuan tubuh untuk mencerna laktosa akibat kurangnya enzim laktase. Enzim laktase sendiri diproduksi oleh sel-sel usus halus bernama enterosit.
Seseorang yang memiliki intoleransi laktosa akan memiliki BAB cair ketika mengonsumsi makanan yang memiliki laktosa, seperti susu sapi dan produk turunannya.

BACA JUGA:Ini 5 Cara Efektif Menjaga Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

BACA JUGA:Bawaslu Provinsi Bengkulu Kaji Dugaan Pelanggaran Netralitas ASN

2. Efek Samping Obat
Ada kalanya obat menimbulkan efek samping diare. Tapi diare ini bukanlah diare biasa yang disebabkan oleh bakteri, melainkan sebagai efek samping dari obat yang sedang dikonsumsi.
Beberapa jenis obat yang memicu diare adalah antasida yang mengandung magnesium, atau lebih dikenal sebagai obat maag.
Antibiotik tertentu, seperti antibiotik golongan penisilin, cephalosporin dan fluorokuinolon juga memicu efek samping diare. Pengobatan kanker juga ada yang memicu diare.
3. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah kondisi ketika seseorang memiliki kadar hormon tiroid yang tinggi dalam tubuh, sehingga memengaruhi metabolisme tubuh.

BACA JUGA:Lanjutkan! Rp 500 juta Untuk Pembangunan Alun-alun Tais Tahap III

BACA JUGA:Produksi Padi Bengkulu Tahun 2024 Diperkirakan Turun

Metabolisme tubuh makin cepat akibat tingginya hormon tiroid. Kondisi ini bisa berpengaruh pada sistem pencernaan dan menyebabkan BAB cair.
4. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
BAB cair dengan frekuensi tinggi juga bisa jadi salah satu gejala dari Irritable Bowel Syndrome atau IBS.
IBS adalah penyakit pencernaan jangka panjang yang menyerang kinerja otot usus besar.
Usus besar sendiri berfungsi untuk menyerap air dari sisa makanan yang tidak bisa dicerna usus halus. Ia juga berkontraksi untuk mendorong sisa makanan tersebut untuk keluar.

BACA JUGA:Diskan Bengkulu Selatan Kembali Usulkan Pembangunan KALAJU

BACA JUGA:Harus Teliti dan Jangan Sampai Salah, Berikut Ini Prosedur Pencairan BOP TK/PAUD

Pengidap IBS memiliki kontraksi otot usus besar yang tidak normal.
Ada dua kemungkinan, kemungkinan pertama, kontraksi otot besar terlalu lambat atau lemah, sehingga pengidap IBS sering mengalami sembelit atau konstipasi.
Kemungkinan kedua, kontraksi otot terlalu sering dan menyebabkan diare.

Editor: Suswadi AK

Tag
Share