Candi Sewu di Klaten Jawa Tengah dan Kisah Seribu Candi, Seperti Ini Sejarahnya
CANDI SEWU: Penampakan candi sewu di jawa tengah-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Candi Sewu terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
Candi ini bukanlah satu-satunya candi di kawasan tersebut, candi ini merupakan bagian dari kompleks candi Prambanan, yang juga mencakup Candi Bubrah, Candi Lumbung, Candi Gana, dan tentunya Candi Prambanan.
BACA JUGA:Angkor Wat, Komplek Candi Terluas di Dunia, Ditemukan di Tengah Belantara
Jadi orang yang berada di Candi Sewu berarti sedang berada di kompleks candi Prambanan.
Kompleks ini diakui sebagai situs warisan dunia, mencakup tidak hanya Candi Prambanan tetapi juga Candi Sewu, Bubrah, Lumbung, dan Gana.
Nama "Sewu," yang berarti "seribu" dalam bahasa Jawa, merujuk pada jumlah candi di situs ini, meskipun hanya 249 candi yang ditemukan, terdiri dari satu candi induk, delapan candi apit, dan 240 candi perwara.
BACA JUGA:Misteri Telaga Sarangan di Lereng Gunung Lawu, Ada Ular Naga dan Lubang Aneh
Candi induk terletak di tengah, dikelilingi oleh candi apit dan candi perwara, disusun secara simetris dan memusat.
Di samping bangunan candi, terdapat juga delapan arca Dwarapala yang ditempatkan di keempat penjuru mata angin: timur, selatan, barat, dan utara.
Meskipun jumlahnya banyak, situs candi di kawasan Prambanan ini memiliki latar belakang agama yang berbeda.
Candi Sewu adalah candi Buddha, bersama dengan Candi Lumbung, Bubrah, Plaosan, Gana, dan Kulon, sementara candi Hindu seperti Candi Prambanan terletak lebih ke selatan.
BACA JUGA:Candi Simbatan, Pemandian Keluarga Raja Abad 10, Seperti Ini Penampakannya
Siapa yang pertama kali menemukan situs Candi Sewu masih belum diketahui.
Namun, selama masa pemerintahan kolonial Belanda, keberadaan candi ini mulai dicatat, termasuk sketsa oleh HC Cornelius, seorang insinyur Belanda, dan dimuat dalam buku Thomas Stamford Raffles, History of Java.
Seperti banyak candi di Jawa Tengah, Candi Sewu ditemukan dalam keadaan runtuh, disebabkan oleh bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, atau karena ditinggalkan oleh pendukung budayanya.
BACA JUGA:Jejak Sejarah di Gunung Gajah Mungkur, Ditemukan Bangunan Berbentuk Candi, Luasnya Mengalahkan Borobudur
Ada dugaan bahwa gempa tektonik dan letusan Merapi turut mempengaruhi keruntuhan candi.
Sejak ditemukan kembali, pemerintah kolonial Belanda telah melakukan berbagai penelitian dan pemugaran, termasuk pemugaran salah satu candi perwara.
Namun, perhatian besar baru diberikan setelah Indonesia merdeka.
Pemugaran Candi Induk dimulai pada tahun 1981 dan selesai pada tahun 1993.
BACA JUGA:Sejarah Candi Borobudur Di Indonesia, Memang Luar Biasa
Dampak gempa 2006 menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada beberapa bagian candi, dengan banyak batu yang lepas dan keretakan di berbagai sudut.
Para sarjana Belanda, seperti NY dan WS Tutur Hem, tertarik untuk mengungkap awal pembangunannya.
Penemuan prasasti Manjusri Gerhard pada tahun 1960 mengungkapkan bahwa Candi Sewu dibangun pada tahun 782 Masehi, dengan Rakai Panangkaran sebagai raja yang memerintah Kerajaan Mataram Kuno pada masa itu.
Rakai Panangkaran juga membangun candi-candi lainnya seperti Candi Kalasan dan Borobudur.
Pembangunan candi melibatkan pemilihan lokasi yang cermat, termasuk pengujian tanah untuk memastikan kekuatan dan kestabilannya.
Kitab Manasara Silpasastra menyebutkan pentingnya membangun candi di dekat sumber air.
Proses pembangunan dilakukan secara bertahap, dengan periode pertama fokus pada pondasi dan struktur bata merah, sementara periode kedua melanjutkan dengan pembangunan dinding, atap, dan detail bangunan lainnya.
Candi Sewu, Bubrah, dan Lumbung membentuk satu kesatuan mandala, yang mencerminkan kosmologi Hindu-Buddha.
BACA JUGA:Negeri Seribu Candi di Myanmar, Sempat Dihuni 3.000 Biara, Seperti Ini Jejak Sejarahnya
Candi Induk Sewu digambarkan sebagai pusat dunia, dikelilingi oleh benua dan samudra, dengan pagar dan candi perwara mewakili elemen-elemen kosmologi tersebut.
Penemuan arca Siwa di situs ini menunjukkan bahwa awalnya, Candi Sewu mengintegrasikan konsep kosmologi Hindu dengan dewa utama seperti Brahma, Wisnu, dan Maheswara.
Kemudian, pada periode berikutnya, konsep mandala berubah, dengan arca utama menjadi Wairocana, seorang Buddha yang lebih tinggi tingkatannya dibandingkan bodhisattva.
BACA JUGA:4 Candi Tersembunyi di Sumatera Barat, Bukti Peradaban Masa Lalu, Ini Nama dan Lokasinya
Candi Sewu, dengan segala keindahan dan kompleksitasnya, merupakan contoh megah dari pencapaian arsitektur dan kosmologi masa lalu.
Situs ini mengajarkan kita tentang kebijaksanaan dan kearifan nenek moyang kita, serta pentingnya melestarikan warisan budaya ini untuk generasi mendatang.
Candi Sewu, sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia, perlu dipertahankan dan dihargai sebagai simbol kejayaan bangsa kita. (**)