Tiga Dampak Lingkungan Yang Bisa Timbul Akibat Aktivitas PLTU
Ilustrasi PLTU-Istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, BENGkULU - Hasil penelitian dampak operasi PLTU Batubara Teluk Sepang oleh para akademisi, menemukan adanya tiga dampak lingkungan yang muncul dan merugikan serta meresahkan masyarakat Bengkulu.
Tiga dampak lingkungan yang dimaksud adalah dampak jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah Desa Padang Kuas, Seluma, dampak kolam air bahang terhadap pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai, dan dampak pembuangan limbah pembakaran batubara berupa Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) ke 13 titik dalam wilayah Kota Bengkullu dan Bengkulu Tengah.
BACA JUGA:Nomor Induk Pegawai 4.423 PPPK Paruh Waktu Diusulkan ke BKN
Akademisi Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB), Ayu Wijayanti yang meneliti perubahan sosial akibat jaringan SUTT PLTU Batubara Teluk Sepang di Desa Padang Kuas menemukan warga telah mengalami kecemasan tinggi akibat fenomena petir yang mengakibatkan seratusan alat elektronik rusak dan sejumlah warga tersengat listrik.
"Jadi ruang aman dan nyaman warga Desa Padang Kuas sudah hilang sejak proyek SUTT ini beroperasi," kata Ayu, Rabu (1/10).
Hasil penelitian juga menunjukkan 100 persen koresponden yang diteliti mengalami tingkat kecemasan tinggi. Perilaku masyarakat yang diteliti menunjukkan perubahan di mana warga mengalami kecemasan dan trauma saat hujan melanda Desa Padang Kuas.
Dampak lain yang muncul adalah akibat keberadaan kolam pembuangan air bahang. Lokasi kolam ini tidak jauh dari pintu alur Pelabuhan Pulau Baai yang menemukan dampak struktur bangunan kolam air bahang memperparah pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai.
BACA JUGA:Cuaca Ekstrem Diperkirakan Kembali Terjadi, Masyarakat Harus Waspada
Sementara Akademisi Universitas Bengkulu, Dedy Bachtiar yang melakukan penelitian menyebukan jika pendangkalan alur menimbulkan dampak ekonomi yang serius bagaimana pasokan BBM bisa terhambat.
"Bagaimana warga Pulau Enggano menjerit karena kapal tidak bisa berlayar," ujar Dedy.
Sementara dampak limbah abu pembakaran batubara atau FABA mengakibatkan sumur warga Air Sebakul Kota Bengkulu diduga tercemar.
Sementara warga Desa Padang Kuas, Pessi Apriani mengatakan, sejak awal beroperasi pada tahun 2019 tidak ada sosialisasi dampak jaringan SUTT tersebut kepada warga.
BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Luncurkan Program Gerakan Pangan Murah Religius
"Kami tidak pernah diberitahu dampaknya dan kami sudah melaporkan apa yang kami alami kepada perusahaan dan pemerintah tapi tidak ada tindakan yang mampu menjawab keresahan masyarakat," kata Pessi. (cia)