Harga Daging di Bengkulu Selatan Turun Drastis, Efek Virus SE?
Harga daging sapi di Bengkulu Selatan mengalami penurunan drastis-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
RadarSelatan.bacakoran.co, KOTA MANNA - Belakangan harga jual daging sapi maupun kerbau terpantau turun drastis di Kabupaten Bengkulu Selatan (BS). Bahkan harga jual daging sangat merosot dibandingkan sebelum-sebelumnya. Apakah dampak virus Septicaemia Epizootica (SE)?
Jika kondisi normal harga daging kerbau Rp150 ribu per kilogram dan sapi Rp145 ribu per kilogram. Saat ini harga kedua daging tersebut tidak lebih dari Rp100 ribu bahkan ada yang lebih murah lagi.
BACA JUGA:Akibat Sedimentasi, Muara Sungai Maras Kembali Dangkal
BACA JUGA:Berkah Akhir Tahun, Tangkapan Ikan Nelayan Membludak
Menariknya lagi, para pedagang daging tak hanya fokus jualan di pasar. Melainkan banyak pedagang daging baru yang bermunculan di jejaring media social facebook dengan menawarkan daging murah dan diantar langsung ke rumah atau system COD.
Atas penurunan harga daging, tak sedikit pula masyarakat mengaitkannya dengan kejadian penyakit ngorok atau serangan virus SE terhadap ternak.
BACA JUGA:Mendes Yandri Rancang 20% Alokasi Dana Desa untuk Ketahanan Pangan
BACA JUGA:Untuk Pemerataan Sembako Murah, Kios Pangan Bakal Dibuka di Kecamatan
“Tadi saya beli daging yang kata pemilik memotong sendiri, sekarang daging segar hanya Rp95 ribu sekilo. Saya lihat itu daging sapi bali dan memang ada bekas pemotongannya serta warga banyak beli,” ujar Sekun (52) warga Kecamatan Pino Raya.
Lanjutnya, harga yang ditawarkan tersebut sudah sangat murah dan menarik perhatian masyarakat. Bahkan, dengan penurunan harga daging tersebut, masyarakat semakin tertarik untuk menikmati daging.
“Yang jelas kami memang melihat bekas pemotongan dan pembeli juga banyak, kami yakin penjual amanah sehingga daging ini aman dikonsumsi,” jelasnya lagi.
BACA JUGA:Honda Siapkan Peluru Terbarunya, Skuter Retro Scoopy 2025, Pasar Siap Siap Geger
BACA JUGA:Mengupas Fitur-Fitur Canggih Pikap Toyota 2025, Canggih dan Berteknologi Tinggi
Menyikapi hal tersebut, Kepala Dinas Pertanian BS Sakimin, S.Pt melalui Kasi Keswan drh. Mungky Wardalena menyebutkan tidak ada masalah jika masyarakat ingin membeli daging ternak sekalipun terjangkit SE.
Sebab, daging hewan ternak yang terpapar SE tetap aman dikonsumsi selagi masih melewati proses penyembelihan yang normal.
Hanya saja, drh. Mungky menyarankan warga agar tidak mengonsumsi bagian jeroan ternak yang terpapar SE.
BACA JUGA:Toyota Umumkan Pikap All-New 2025 Land Cruiser LC300, Mobil Kompak dan Tangguh
BACA JUGA:Keindahan dan Pesona Destinasi Wisata Pantai Selili Di Gunung Kidul
“Tidak bisa dipungkiri juga bahwa banyak peternak yang memotong ternak mereka setelah terindikasi penyakit SE. Apakah itu boleh dijual dagingnya? tentu boleh dan aman dikonsumsi. Tapi tetap harus lihat kebersihan, jangan sampai menyembelih hewan yang sudah mati,” katanya.
Lanjut Mungky, peternak yang menyembelih hewan yang sakit SE sebetulnya untuk meminimalisir jumlah kerugian.
Selain itu, hewan yang disembelih tentu tidak akan bisa dikonsumsi sendiri karena jumlahnya sangat banyak. Oleh karena itu, jika ada peternak yang menjualnya ke masyarakat, tentu hal itu akan dimaklumi.
BACA JUGA:Pantai Nyang Nyang, Destinasi Wisata Memukau Di Bali