Artinya: “Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.
Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”
Selain ibadah haji, kita juga disyariatkan untuk mengorbankan sebagian harta yang kita miliki dengan menyembelih hewan qurban.
Ibadah ini juga membutuhkan keikhlasan dan keimanan, karena kita harus rela mengeluarkan harta kita untuk membeli hewan kurban yang dagingnya akan dibagikan kepada orang lain.
Bukan hewan sembarangan yang bisa menjadi hewan kurban. Kita dianjurkan untuk memilih hewan kurban yang terbaik dan telah memenuhi persayaratan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam. Jika tidak sesuai persyaratan, maka kurban kita bisa jadi tidak sah. Rasulullah bersabda:
Artinya: "Ada empat macam hewan yang tidak sah dijadikan hewan kurban, pertama yang matanya jelas-jelas buta, kedua yang fisiknya jelas-jelas dalam keadaan sakit, ketiga yang kakinya jelas-jelas pincang, dan keempat yang badannya kurus lagi tak berlemak." ( HR At- Tirmidzi dan Abu Dawud).
Dengan syarat-syarat ini, maka jelas bisa dipahami bahwa kita harus merogoh kantong saku lebih dalam untuk menyiapkan uang dan benar-benar menguatkan tekad dan keimanan untuk membeli hewan kurban ini.
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah Kedua ibadah yang hadir pada momentum Hari Raya Idul Adha ini benar-benar menguji keimanan dan menunjukkan seberapa besar rasa syukur kita atas nikmat yang telah Allah berikan.
Pengorbanan harta dan materi dalam ibadah haji dan kurban sejatinya adalah wujud syukur atas nikmat yang diberikan Allah, yang harus kita gunakan sebaik-baiknya, salah satunya untuk beribadah kepada-Nya.
Karena itu, Idul Adha merupakan momen yang sangat tepat untuk memperkuat keimanan dan mewujudkan rasa syukur kita kepada Allah swt. Ibadah kurban dan haji dengan biaya yang tidak sedikit ini harus memberikan kesadaran pada kita bahwa harta yang kita miliki hanyalah titipan dari Allah, yang wajib kita syukuri dan manfaatkan di jalan yang diridhai-Nya.
Insya Allah, dengan rasa syukur ini, nikmat yang kita miliki akan terus ditambah sebagaimana janji Allah dalam surat Ibrahim ayat 7:
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jumat rahimakumullah, Hubungan antara ibadah kurban dengan rasa syukur atas nikmat Allah swt juga termaktub dalam surat Al-Kautsar:
Artinya: "(1) Sesungguhnya Kami telah memberimu (Nabi Muhammad) nikmat yang banyak. (2) Maka, laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah! (3) Sesungguhnya orang yang membencimu, dialah yang terputus (dari rahmat Allah)."
Dalam kitab Tafsir Al-Misbah jilid XV dijelaskan, surat ini berisi perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat dan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk syukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
Perintah ini adalah untuk beribadah dalam pengertian yang lebih luas, yakni menunjukkan rasa syukur dan ketaatan melalui berbagai bentuk ibadah.