Cara Unik China Perangi Kemiskinan dan Mengubah Lahan Tandus Menjadi Subur, Bukan Reklamasi
Gurun tandus yang disulap china menjadi lahan subur dan tempat beternak kelincir-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
RadarSelatan.bacakoran.co - China adalah negara yang terkenal dengan gebrakannya yang sering mengguncang dunia.
Bukan hanya teknologi, ternyata China memiliki banyak sektor yang dikembangkan dalam rangka memerangi kemiskinan dan menciptakan lahan subur untuk warganya.
Untuk membuat lahan peternakan dan perkebunan China tidak melakukan reklamasi atau menimbun lautan untuk memperluas daratan.
BACA JUGA:China Ancam Dominasi Durian Asia Tenggara, Harga Lebih Murah, Thailand dan Vietnam Cemas
China memanfaatkan gurun yang gersang disulap menjadi lahan peternakan dan pertanian subur.
Contoh nyatanya adalah gurun Kubuki yang luas di Mongolia, China. Dulu gurun itu kering dan angin kencang sehingga mustahil kawasan itu dijadikan tempat pertanian dan peternakan.
Masyarakat di daerah itu hidup miskin, karena sulitnya mendapatkan penghasilan dari bertani dan beternak.
Panjangnya periode tanpa hujan semakin memperburuk kesulitan untuk bertani atau memelihara ternak.
Orang-orang di wilayah gurun sering hidup dengan ketidakpastian dan sering berjuang untuk mempertahankan mata pencaharian mereka.
Pada tahun 1950-an hingga 1960-an pemerintah Mongolia menjadikan pengendalian gurun pasir dan perlindungan lingkungan sebagai prioritas utama.
BACA JUGA:China Luncurkan Motor Trail Terbaru, Spesifikasinya Gak Main-Main, Bikin Terpukul Trail Jepang dan Eropa
Mereka membangun stasiun untuk mengendalikan padang pasir yang terus meluas dan menanam jutaan pohon di sepanjang tepi utara gurun Kubuki.
Upaya ini membuat banyak daerah menjadi lebih hijau, memberikan dorongan besar bagi Mongolia, salah satu wilayah paling rawan gurun di China.
Perubahan lingkungan ini bukan hanya soal menanam pohon. Ini adalah perjuangan panjang melawan penggurunan, yang telah menjadi masalah jangka panjang di wilayah ini.
Berbagai program seperti penanaman pohon dan larangan penggembalaan diterapkan untuk memulihkan tanah dan mencegah pasir mengambil alih.
BACA JUGA:Tak Mau Kalah, China Hadirkan BYD Seal 06 GT, Mobil Jepang Kian Tertekan
Pada tahun 2024, Mongolia telah melampaui tujuan tahunan mereka dalam melawan penggurunan, menanam tanaman hijau dan menciptakan lingkungan yang subur.
Sekarang, 59 juta hektar hutan telah terbangun, dan 45% lahan tertutup padang rumput, yang tertinggi sejak tahun 1990.
Tanah yang dulunya tandus dan gersang kini telah berubah menjadi lautan hijau dengan semak-semak, pohon, dan satwa liar seperti rusa.
Namun, beternak kelinci di gurun bukan hanya soal melepaskan kelinci begitu saja dan berharap tanah menjadi subur.
Transformasi ini dimulai oleh seorang pengusaha lokal yang memiliki visi besar. Ia membeli bibit pohon willow, yang tahan kekeringan dan tumbuh baik di kondisi gurun.
BACA JUGA:Suzuki Luncurkan E-Vitara, Mobil Listri Murah, Siap Bersaing Dengan Mobil China
Ia percaya bahwa pohon willow dapat membantu menstabilkan tanah, melindungi dari erosi angin, dan menyediakan sumber daya yang berharga.
Namun, setelah sekitar tiga tahun, pohon willow membutuhkan perawatan khusus untuk menghasilkan kertas berkualitas tinggi, sebuah komoditas berharga.
Oleh karena itu, kelinci Rex, jenis kelinci dengan bulu lembut seperti berang-berang, diperkenalkan.
Kelinci ini menyukai tunas willow dan mulai memakannya. Meskipun pohon willow terus tumbuh dan akarnya menstabilkan pasir, sisa batang dari makanan kelinci sangat berguna untuk membuat papan partikel dan kertas.
Yang paling menarik adalah kotoran kelinci, yang digunakan untuk membuat biogas dan kemudian digunakan untuk menyuburkan tanah.
BACA JUGA:China Luncurkan Mobil Pesaing Rubicon, Desain Lebar dengan Tenaga Besar, Harga Merakyat
Secara bertahap, gurun yang berpasir berubah menjadi tanah subur. Seiring berjalannya waktu, para peternak mulai menanam tanaman seperti sayuran di rumah kaca besar.
Kombinasi pohon willow, kelinci, dan teknik pertanian berkelanjutan perlahan-lahan mengubah gurun menjadi lahan subur.
Selain itu, kebiasaan pencernaan kelinci juga memainkan peran penting. Kelinci memakan rumput, tetapi biji-biji yang tidak tercerna akan tumbuh menjadi tanaman baru.
Semakin banyak rumput berarti semakin sedikit pasir, dan siklus ini terus berlanjut.
Alam, dibantu oleh kelinci, bekerja dengan sempurna. Dalam dekade berikutnya, seorang pengusaha lokal menyewa hampir 100 dozer besar untuk meratakan bukit pasir, menimbun jurang, dan mempersiapkan lahan untuk menanam pohon willow.
BACA JUGA:China Kembali Memperlihatkan Keunggulannya, Luncurkan Mobil Baru Berteknologi Canggih, Segera Masuk Indonesia
Pada saat yang sama, ia mengajak para peternak dan penggembala lokal untuk mengembangbiakkan kelinci rex.
Investasi jangka panjang ini akhirnya membuahkan hasil. Pada tahun 2017, lebih dari 3 juta hektar pohon willow telah ditanam, dan lebih dari 2.000 kelinci rex dibesarkan di daerah tersebut, menghasilkan lebih dari 3 juta kelinci setiap tahun.
Para peternak yang dulunya hidup dalam kemiskinan kini memperoleh penghasilan yang besar, antara Rp112 juta hingga Rp17 juta per tahun—jauh dari kehidupan subsisten yang mereka alami sebelumnya.
Keberhasilan ini bukan hanya hasil dari satu individu, tetapi merupakan hasil kerja sama yang melibatkan pemerintah setempat dan pusat, masyarakat lokal, dan para ahli yang berkontribusi dalam mengubah gurun menjadi lahan hijau. (**)