Menelusuri Son Doong, Gua Terbesar di Dunia, Di Dalamnya Ada Hutan Dan Sungai

Penampakan cerbang goa terbesar di dunia-istimewa-radarselatan.bacakoran.co

RadarSelatan.bacakoran.co - Son Doong adalah gua terbesar di planet bumi, saking luasnya, gua ini memiliki ekosistem lengkap dengan iklim mikro yang unik.

Terletak ratusan meter di bawah tanah, awan yang biasa kita lihat di langit bisa terbentuk di dalamnya.

Di sana juga terdapat hutan hujan purba yang belum tersentuh dan sungai bawah tanah yang luas.

Gua ini menjadi rumah bagi lebih dari 250 spesies tumbuhan dan hewan endemik, mulai dari ikan transparan hingga monyet berwarna-warni.
Bahkan, tujuh spesies baru berhasil ditemukan di sini.

BACA JUGA:10 Gunung Paling Angker di Indonesia Yang Sarat Cerita Mistis

Dengan panjang mencapai 9 km dan volume mencapai 38,5 juta meter kubik, lorong-lorong Son Đoong sangat besar—gedung pencakar langit 40 lantai pun bisa masuk ke dalamnya. Stalagmit raksasanya menjulang tinggi bak menara kota kuno.

Berjalan di dalamnya membuat kita merasa sekecil serangga. Uniknya lagi, gua ini memiliki formasi batuan fitokarst yang tampaknya bergerak ke arah cahaya seperti makhluk hidup, serta mutiara gua langka dan formasi menakjubkan lainnya.

Gua ini terbentuk sekitar 3 juta tahun lalu, dunia baru mengenal keberadaan gua ini setelah eksplorasi penuh dilakukan pada tahun 2009 di Vietnam.

Kini, akses individu dilarang untuk melindungi keutuhan lingkungan dan keselamatan pengunjung. Ekspedisi ke Son Doong hanya dioperasikan oleh Oxalis, satu-satunya badan resmi yang mengelola perjalanan ke sana.

BACA JUGA:Pamukkale, Situs Alam Unik di Turki, Disebut Istana Kapas, Terkenal Juga Dengan Gerbang Kematian

Perjalanan menuju Son Doong dimulai dengan berjalan kaki selama 9 jam melalui hutan dan melewati Gua N—gua terbesar ketiga di dunia yang menjadi pintu gerbang menuju Son Doong.

Di dalam gua, terlihat langit-langit setinggi 145 meter dan lebar 200 meter. Saat musim hujan, sebagian besar ruang gua terendam air.
Danau yang terbentuk sangat memukau—tak tertahankan untuk tidak berenang.

Menjelang malam, suara burung cepat menggema. Mereka tidak bisa lepas landas dari tanah dan harus melompat dari ketinggian untuk terbang.

Saat memasuki gua, jangkrik mulai melompat dari sisi ke sisi, dan tanahnya tertutup kotoran kelelawar yang telah menumpuk selama berabad-abad.

Kelelawar bergelantungan di langit-langit, sebagian terbang dan membuang kotoran ke bawah—menatap ke atas bukanlah ide bagus.

Pengunjung berjalan di jalur batu kapur berusia 450 juta tahun yang terbentuk dari kerangka hewan laut purba.

BACA JUGA:Gua Belanda Bandung, Wisata Sejarah dengan Panorama Alam yang Memikat

Hujan asam mengikis batu tersebut selama jutaan tahun, menciptakan lorong-lorong besar. Dalam perjalanan menuju Hope and Vision Passage, kami melewati stalagmit tertinggi di dunia—tingginya mencapai 80 meter, terbentuk selama ratusan ribu tahun dari tetesan air mineral.

Bagian gua ini begitu luas hingga pesawat bisa terbang melaluinya. Cahaya dari doline pertama terlihat dari kejauhan.

Terlihat jaring laba laba yang membentuk formasi seperti awan. Ketika serangga terperangkap, laba-laba melompat keluar untuk menggigit mangsanya.

Pengunjung juga dapat melihat menara pasir unik yang terbentuk ketika batu-batu kecil terlindung dari erosi, menciptakan bentuk seperti kota miniatur.

Saat mencapai doline kedua, akan tiba pada area hutan hujan bawah tanah. Atap gua yang runtuh memungkinkan sinar matahari masuk dan menciptakan ekosistem mandiri.

BACA JUGA:Gua Cerme Gunung Kudul: Destinasi Wisata Alam Unik dan Indah, Ditemukan Oleh Sunan Kali Jaga

Tanahnya sangat subur dari akumulasi kotoran kelelawar, memungkinkan tumbuhan dan hewan berkembang.

Disini terlihat monyet, kelabang, dan ular di hutan ini. Pohon-pohonnya ramping dan tinggi untuk menjangkau cahaya matahari dari atas.
Siput-siput pun ditemukan, sebagian pecah karena dimakan monyet.

Di tempat ini juga ditemukan "Tembok Besar Vietnam" dinding batu setinggi 80 meter. Di sinilah dapat dilihat stalagmit dan stalaktit luar biasa, kolam dengan ikan buta yang telah beradaptasi dengan kegelapan total, dan mutiara gua sebesar bola tenis.

Saat mendekati akhir perjalanan, banyak ditemukan tulang belulang rusa berusia 500 tahun, bukti kehidupan purba.

Di lokasi itu ditemukan danau berwarna hijau giok yang memenuhi lorong Passchendaele. Danau ini terhubung ke pintu keluar gua. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan