Strategi Mass Marketing ala Haus dan Kopi Jago, Efektifkah?

Minggu 06 Oct 2024 - 16:52 WIB
Editor : Suswadi Ali K

RadarSelatan.bacakoran.co - Apakah kalian sebagai pemilik bisnis merasa kalau dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir ini perekonomian tampak lesu? Salah satu indikator yang paling terlihat jelas adalah bagaimana daya beli masyarakat melemah.
Jika kalian merasa hal itu tengah dialami, maka mungkin bisa saja itu adalah tanda-tanda deflasi. Bahkan menurut BPS (Badan Pusat Statistik) seperti dilansir CNN Indonesia, Indonesia dilaporkan mengalami deflasi pada Mei - Agustus 2024.

BACA JUGA:Rahasia Para Wanita Kinclong, Konsumsi Just Wortel Untuk menjaga Kesehatan Kulit

BACA JUGA:Tertarik Pada Dunia Gaming? 5 Tips Usaha Rental PS ini Bisa Dicoba!

Kondisi penjualan yang lesu tentu jadi masalah bagi setiap pebisnis. Bahkan menurut Eko Listiyanto selaku Direktur Pengembangan Big Data INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), deflasi selama empat bulan berturut-turut ini adalah pertanda ada masalah dalam daya beli masyarakat Indonesia. Hal ini tentu berbeda jauh dengan kuartal I dan II tahun 2024 saat pasca Pemilu dan Lebaran sehingga pemerintah harus segera mencari solusi.

BACA JUGA:Tips Ampuh Agar Kulit Tidak Gosong Saat Berlibur Ke Pantai, Dijamin Kulit Tetap Lembut dan Sehat

BACA JUGA:Buka Lahan Perkebunan, Warga Pagar Gunung Tewas Tertimpa Pohon

Daya beli masyarakat yang anjlok ini mayoritas terjadi di kelompok menengah yang memang banyak menjadi penggerak perekonomian negara. Disebutkan mayoritas penurunan daya beli terbesar dialami oleh kelompok pengeluaran Rp2,1 juta - Rp3 juta dan kelompok Rp4,1 juta - Rp5 juta per bulan.
Tak heran jika Alphonzus Wijaja selaku Ketua DPP APPBI (Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia) menyebutkan bahwa alokasi uang yang dipegang kelompok menengah semakin kecil.

BACA JUGA:KPU Seluma Terima Bilik Suara, Tinta dan Segel

BACA JUGA:Lima Kelompok Nelayan di Kaur Dapat Bantuan Alat Tangkap

Dampaknya, pola belanja mereka pun berubah sehingga lebih memilih produk-produk dengan harga terjangkau sehingga bukan tanpa alasan kenapa toko-toko seperti Miniso, KKV dan DIY yang menjual item harian dengan harga murah-meriah masih tetap mampu menjaga omzet, seperti yang juga terlihat dari penjual starling.
Kenapa begitu? Karena membeli minum starling sangatlah terjangkau yakni Rp5.000 – Rp10.000 saja per item. Strategi jualan starling inilah yang dilakukan oleh brand Jago Coffee di mana beberapa produk ditawarkan mulai dari Rp8.000. Coba bandingkan dengan produk dari kedai-kedai kopi kekinian lain yang menjual dengan harga Rp20 ribuan, Jago Coffee jelas lebih murah meriah.

BACA JUGA:Kenapa Wanita Lebih Mudah Menangis Dibanding Laki Laki? Ternyata ini 4 Alasannya, Bukan Bawaan Lahir

BACA JUGA:5 Kelebihan Janda yang Tidak Dimiliki Oleh Perempuan Yang Masih Gadis, Semuanya Menyenangkan Lelaki

Dengan harga yang tak membebani penghasilan dalam kondisi perekonomian lesu, tak heran kalau pembeli Jago Coffee datang dari berbagai lapisan masyarakat mau kalangan pekerja, mahasiswa, pelajar sekolah menengah, hingga masyarakat umum lain.
Hal ini tentu wajib dicermati, karena terbukti kalau harga jual terjangkau sangat penting demi menjaga daya beli masyarakat sehingga bisnis tetap berjalan dalam perekonomian sulit.

Editor: Suswadi AK

Kategori :