Wamen Kominfo Antisipasi Hoax Berteknologi Tinggi Jelang Pemilu

Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria -istimewa-radarselatan.bacakoran.co

JAKARTA - Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria mengatakan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan terus mengantisipasi penyebaran video hoax deepfake jelang Pemilu 2024.

Hal ini sebagai mitigasi seiring perkembangnya teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Wamenkominfo menegaskan telah mengantisipasi peluang penyebaran disinformasi yang menggunakan teknologi AI dan deepfake, jelang Pemilu 2024.

"Melalui algoritma dan otomasi yang dapat menghasilkan bias maupun otomasi yang bersifat preskriptif serta penyalahgunaan algoritma yang berpotensi menimbulkan disinformasi," ungkap Nezar dikutip dari siaran persnya, Jumat (17/11/2023).

Selama tahun 2023, data Home Security Heroes menunjukkan terdapat 95.820 video deep Fake yang tersebar luas. Teknik deepfake bisa memanipulasi video, gambar, dan suara secara digital sesuai dengan pesan yang tidak pernah terjadi di dunia nyata.

"Ada peningkatan sebesar 550 persen dari tahun 2019 secara global. Ini sangat mengkhawatirkan, karena bisa disalahgunakan dan dimanipulasi untuk penipuan, pornografi, dan tujuan jahat lain, yang berujung pada penyebaran disinformasi," ungkap Nezar

Berdasarkan hasil survei UNESCO & IPSOS (2023), Wamenkominfo menunjukkan lebih dari 80% masyarakat yang akan menghadapi pemilihan umum percaya bahwa disinformasi telah berdampak pada politik di negara masing-masing dan khawatir akan dampak dari disinformasi tersebut.

"Terlebih, dampak disinformasi bisa sangat luas, mulai dari potensi polarisasi politik, penurunan kepercayaan terhadap jurnalisme hingga proses demokrasi sendiri," tegasnya.

Di era proliferasi AI dan ancaman disinformasi yang makin intensif, Wamenkominfo menilai kelompok rentan memiliki risiko yang lebih tinggi terdampak dan menjadi korban penyalahgunaan teknologi.

Menurutnya, ada tiga dampak dan viktimisasi yang mungkin terjadi, pertama, profiling yang didasarkan pada algoritma AI cenderung bias dan dapat disalahgunakan untuk menargetkan kelompok rentan.

Kedua, dalam beberapa kasus politik dan sosial yang terjadi di platform digital, persebaran disinformasi kerap ditujukan dengan sengaja menargetkan dan merugikan kelompok rentan.

"Ketiga, perempuan menjadi target dalam muatan pornografi yang sengaja diciptakan melalui teknologi deepfake," ujarnya. Oleh karena itu, Kominfo memberikan perhatian penuh pada kelompok rentan seperti perempuan, masyarakat yang tinggal di area rural, kelompok disabilitas, lansia, dan kaum muda. (**)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan