Potret Masa Depan Energi Terbarukan di Bengkulu
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co, BENGKULU - Kanopi Hijau Indonesia meluncurkan buku berjudul Analisis Ancaman Keberlanjutan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Provinsi Bengkulu.
Buku ini memotret kondisi dan masa depan energi terbarukan di Bengkulu.
BACA JUGA:Basarnas Hentikan Pencarian Remaja Tenggelam di Rawa Makmur
Saat ini pembangkit energi terbarukan di Provinsi Bengkulu hampir mati, padahal pernah menjadi tumpuan utama untuk pemenuhan energi di wilayah ini.
Dua pembangkit listrik tenaga air di wilayah Provinsi Bengkulu yaitu PLTA Musi dan PLTA Tes pernah menjadi tulang punggung energi di Bengkulu bahkan wilayah Sumatera bagian Selatan, namun saat ini hanya menjadi penopang atau energi alternatif.
Selain dua PLTA, ada empat pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) yang dibangun di empat wilayah di Bengkulu namun hanya beroperasi satu hingga dua tahun kemudian mati dan terbengkalai tidak bermanfaat.
BACA JUGA:Masyarakat Diajak Manfaatkan Pasar Murah
Ketua Kanopi Hijau Indonesia, Ali Akbar mengatakan, buku ini memberikan gambaran tentang tantangan transisi energi dan realita yang ditemukan bahwa PLTA Tes di Kabupaten Lebong dan PLTA Musi di Kabupaten Kepahiang tidak lagi menjadi prioritas pemerintah sejak dibangunnya PLTU Teluk Sepang.
Keberadaan PLTA Musi dengan daya 210 MW dan PLTA Tes dengan daya 23,2 MW mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Bengkulu dan wilayah Sumatera bagian Selatan.
"Peluncuran buku ini sebagai media untuk menyebarluaskan mengenai informasi yang berbasis pada penelitian ilmiah, membangun kesadaran publik, serta memperkuat kampanye dan advokasi transisi energi yang seharusnya berbasis komunitas, bukan terpusat," kata Ali, Rabu (26/3).
BACA JUGA:Rp48,6 Miliar Untuk Rumah Sakit M Yunus
Namun, pembangkit-pembangkit energi terbarukan ini terancam keberlanjutannya seperti tidak beroperasinya secara optimal PLTA Musi dan PLTA Tes akibat merosotnya kualitas tutupan hutan untuk menjamin ketersediaan air bagi PLTA tersebut.
Lalu keempat PLTS yang ada di Kabupaten Mukomuko dan Pulau Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara tidak lagi beroperasi karena kondisinya sudah rusak dan terbengkala.
"Hal ini karena ketidakmampuan komunitas untuk memperbaiki kerusakan," ujar Ali.