Kota Terpadat Ditengah Samudera, Warganya Makmur dan Tak Takut Diterpa Tsunai
PADAT: Penampakan kota Mel ibu kota Maladewa yang padat penduduk-istimewa-radarselatan.bacakoran.co
radarselatan.bacakoran.co - Keterbatasan akses tidak membuat masyarakat di Kota Mel. Kota ini berada di tengah samudera, namun masyarakatnya hidup makmur dan tidak pernah takut bencana tsunami.
Di kota ini berdiri dengan kokoh gedung gedung pencakar langit, pemandangan gemerlap saat malam hari menambah indah kota ini.
Kota Mel merupakan ibu kota Maladewa, yang berdiri megah di atas daratan kecil sebagai simbol kemakmuran di tengah lautan.
BACA JUGA:Jangan Terkejut, Di Negara Ini Orang Indonesia Jadi Primadona, Pesonanya Bikin Pribumi Kelepek Kelepek
Maladewa, sebuah negara yang terletak di tengah Samudra Hindia, memiliki luas hanya sekitar 297 km², menjadikannya sebagai salah satu negara terkecil di dunia.
Dengan jumlah penduduk sekitar 521.000 jiwa, setengah dari populasi negara ini terkonsentrasi di kota Mel, yang merupakan kota terpadat di Maladewa dengan sekitar 252.000 penduduk.
Meskipun terdiri dari 12 pulau, hanya 190 pulau yang dihuni.
BACA JUGA:5 Negeri Nyaris Tanpa Ada Malam, Matahari Selalu Bersinar Sepanjang Waktu
Mel, yang terletak 2,4 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas hanya 8,3 km², ternyata enam kali lebih kecil daripada Jakarta Pusat.
Kota ini kini menjadi salah satu dari lima pulau paling padat di dunia. Meskipun angka kelahiran di Maladewa sedikit lebih tinggi daripada rata-rata global, angka kematian lebih rendah, dengan harapan hidup sekitar 74 tahun untuk pria dan 79 tahun untuk wanita.
BACA JUGA:Kota Terunik Di DUnia, Berada Di Atas Bukit, Bentuknya Menyerupai Manusia Berbaring Telentang
Sejarah Mel dipenuhi oleh pengaruh budaya Hindu, Buddha, dan Islam. Sejak kedatangan pedagang Arab pada tahun 1153, Mel menjadi pusat penyebaran Islam di Maladewa, dan hingga kini, agama ini menjadi bagian integral dari kehidupan kota.
Maladewa meraih kemerdekaan pada tahun 1965, dan Mel tetap menjadi pusat pemerintahan. Dengan pertumbuhan ekonomi dan modernisasi, kota ini kini merupakan gerbang utama bagi wisatawan yang ingin menjelajahi keindahan Maladewa.
BACA JUGA:10 Kota Terpanas di Indonesia, Siapkan Kipas Saat Berkunjung, Suhunya Mencapai Sepertiga Titik Didih
Di tengah keterbatasan ruang, sebagian besar penduduk Mel tinggal di rumah-rumah kecil atau kompleks apartemen.
Meskipun demikian, kota ini tetap makmur dan modern dengan gedung-gedung bertingkat yang mendominasi.
Masalah sumber air tawar menjadi tantangan di Maladewa, sehingga air tanah menjadi solusi utama.
Pabrik desalinasi memompa air dari sumur-sumur untuk menghasilkan air minum, sementara generator diesel menyuplai listrik ke seluruh kota.
BACA JUGA:Mengupas Keunikan dan Sejarah Kota Solok, Kota Kecil di Sumatera Barat yang Berjuluk Kota Beras
Sampah dan limbah kota dipindahkan ke Pulau Thilafushi, yang kini berkembang menjadi tempat pembuangan sampah industri dan limbah.
Ekonomi Mel didukung oleh berbagai sektor seperti industri kapal, tekstil, perikanan, dan pariwisata. Meskipun sektor perikanan masih signifikan, pariwisata kini menjadi andalan utama, menyumbang 28% dari PDB Maladewa dan lebih dari 60% pendapatan devisa.
Kota Mel adalah pusat utama bagi pariwisata dengan lebih dari 130 resort mewah dan hotel kelas atas.
BACA JUGA:Fakta Unik Air Terjun Siluman di Langkat Sumatera Utara, Bisa Menghilang dan Baik Untuk Kesehatan
Sebagai pusat ekonomi dan budaya Maladewa, Mel juga memainkan peran penting dalam jalur sutra maritim abad ke-21, menghubungkan pantai Tiongkok ke Mediterania melalui Terusan Suez.
Meskipun memiliki tantangan lingkungan dan keterbatasan ruang, Mel terus berkembang sebagai pusat administrasi, perdagangan, dan pariwisata yang menarik di tengah Samudra. (**)